[simple_crumbs root="Home" /]
-->

THE GLORY OF CHRIST IN UNEXPECTED PLACES (1)

Matius 26: 36-42, Matius 27:45-47

Mari kita melihat bagian Firman di dalam Matius 26: 36-42 dan Matius 27:45-47. Ini adalah peristiwa terpenting sejak bumi diciptakan. Kematian dan kebangkitan Kristus Yesus melampaui seluruh peristiwa yang paling hebat di dunia ini. Kematian dan kebangkitan Kristus lebih penting daripada kejatuhan Roma, lebih penting daripada peristiwa Jengis Khan menguasai seluruh Asia, lebih penting dari penemuan listrik fotografi dan seluruh alat teknologi, dan bahkan lebih penting dari deklarasi hak asasi manusia yang sampai saat ini berusaha untuk terus menerus dipegang. Peristiwa yang terjadi selama tiga hari pada 2000 tahun yang lalu lebih penting daripada seluruh pengajaran agama dan kebudayaan manusia manapun saja. Seluruh penemuan dan kemajuan manusia selalu diikuti oleh satu kata yang kecil ini tetapi mematikan yaitu dosa. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan teknologi, pendidikan dan bahkan oleh agama. Pendidikan mengajarkan kita bagaimana menjadi lebih pandai. Teknologi memampukan kita untuk hidup lebih baik dan agama membuat kita bermoral lebih tinggi tetapi dari seluruh lingkup hidup manusia, tidak ada yang memberikan penebusan. Dosa hanya bisa diselesaikan dengan penebusan bukan dengan agama. Hari ini kita akan mengingatkan satu kalimat penting dari Kristus. Dan kalau Tuhan pimpin maka di dalam beberapa hari ini kita akan melihat kalimat-kalimat dan peristiwa penting dari Kristus yang menyatakan kemuliaan-Nya di tempat-tempat yang tak terduga. Kristus itu begitu mulia. Bersyukur kalau kita boleh melihat kemuliaan-Nya. Tetapi selama 33,5 tahun kemuliaan-Nya itu seakan-akan tertutup tetapi jika Roh Kudus bekerja di dalam hati kita, maka kita akan melihat kemuliaan-Nya yang tidak tertandingi.

Hari ini kita akan memikirkan satu kalimat Kristus di atas kayu salib yaitu “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Ini adalah inti kekristenan. Tanpa itu seluruh kita akan binasa. Ini adalah kalimat yang membuat kita boleh ditebus. Pikirkan bahwa Dia sudah bergantung di atas kayu salib berjam-jam lamanya. Kalimat itu diucapkan di tengah seluruh darah yang mengalir dan keringat yang membanjiri. Seluruh kalimat Kristus adalah kalimat-kalimat yang lirih. Tetapi dari seluruh kalimat-Nya itu ada satu kalimat yang keras, “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Ketika Dia berteriak dan teriakan itu dicatat oleh penulis Injil maka itu adalah teriakan yang harus diperhatikan dan diingat, karena ini adalah jeritan hati-Nya dan tangisan-Nya yang terdalam. Apakah arti teriakan ini? Ketika saudara mengerti teologia, ketika saudara mempelajari satu kalimat demi satu kalimat, maka ini adalah salah satu kalimat yang melampaui pikiran kita, sehingga kita membutuhkan anugerah-Nya untuk dapat mengerti dan mengenal-Nya. Tidak ada teriakan seperti ini dari pendiri agama atau dari semua orang yang menyatakan dirinya suci. Ini adalah teriakan dari Anak Allah yang diutus. Apakah arti teriakan ini?

  1. Ini adalah teriakan penderitaan terbesar karena Kristus ditinggalkan oleh Bapa.
    Saat itu adalah saat ketika Bapa memalingkan muka-Nya dari Kristus, menarik diri-Nya dari Anak. Ini adalah kalimat yang diucapkan karena hati-Nya sangat menderita. Mari kita melihat seluruh penderitaan Kristus dan apa yang terjadi di dalam hidup-Nya. Dia adalah Allah Anak yang mengambil tubuh yang berpetakan teladan budak, yang bisa mati, bisa sakit, satu tubuh yang terbatas. Bukankah itu penderitaan? Jikalau saudara tadinya bebas, kemudian saudara terkena sakit stroke dan kemudian saudara harus terbaring, bukankah saudara akan menangis dan berteriak, “mengapa hidup seperti ini?” Apalagi kalau saudara adalah seorang pemuda, remaja atau eksekutif muda. Ketika saudara terbaring, bukankah saudara juga akan mengeluh dan berteriak kepada Tuhan? Bahkan ketika saudara bertambah tua dan terbatas, bukankah saudara sering sekali menangis ketika mengingat masa muda yang begitu lincah? Dari tidak terbatas menjadi begitu terbatas. Bukankah itu sesuatu penderitaan yang begitu mendalam? Tetapi Kristus tidak berteriak ketika Dia yang tidak terbatas menjadi terbatas. Dia menjalaninya dengan sukacita.

    Perhatikan penderitaan-Nya yang lain. Dia adalah satu pribadi yang suci hidup di tengah-tengah manusia yang berdosa. Jikalau saudara adalah seorang yang sangat menjaga kebersihan dan kemudian saudara harus tinggal dengan seseorang yang luar biasa kotor, apakah yang saudara rasakan? Saudara tidak akan menyukai keadaan saudara. Kristus adalah pribadi yang suci dan tidak berdosa yang hidup di tengah-tengah manusia yang berdosa, namun Dia tiak mengeluh. Di tempat yang lain Dia disalahmengerti, ditentang dan ditolak. Suatu hari dengan cinta kasih-Nya Dia membawa beberapa murid-Nya pergi ke satu tempat untuk bertemu dengan satu orang gila yang dirasuk oleh legion, setan. Setelah itu maka Alkitab mengatakan Dia tidak melayani yang lain, Dia kembali lagi ke tempat-Nya. Itu adalah cinta kasih dari hati Kristus. Mencari walaupun hanya satu orang gila yang dirasuk oleh setan. Dan kemudian setelah Dia menaklukan dan mengusir setan itu, apakah yang terjadi di kampung itu? Apakah mereka berbahagia memuliakan Tuhan? Tidak. Mereka malah mengusir Kristus. Kristus mengusir setan dan semua orang itu mengusir Kristus. Sejak dahulu manusia akan mengusir Kristus demi uang. Kristus selalu ditentang, diusir dan disalah mengerti. Apakah Dia mengeluh dan berteriak? Tidak.

    Lihatlah penderitaan-Nya yang lain. Dia menderita kesakitan di seluruh tubuh-Nya. Tamparan dan cambukan dari para tentara, mahkota duri yang dipaksakan di atas kepala-Nya. Pernahkah saudara melihat Dia mengeluh? Tidak. Dia menderita di seluruh relasi-Nya. Orang-orang terdekat-Nya membuat hati-Nya remuk. Yudas mengkhianati-Nya hanya demi 30 keping perak yang nilainya sama dengan harga seorang budak. Setiap orang yang tidak dilahirbarukan akan menghina Kristus dengan hinaan yang paling rendah. Petrus menyangkal Dia dan bahkan murid-murid-Nya meninggalkan Dia ketika Dia ditangkap dan dipaku di atas kayu salib. Apakah Tuhan kita mengeluh dan berteriak? Tidak pernah. Hati-Nya hancur melihat ibu-Nya menangis. Seorang manusia yang normal tidak akan tahan melihat orang yang mereka kasihi mengalami penderitaan. Kristus melihat hati ibu-Nya hancur karena menyaksikan penderitaan-Nya di atas kayu salib, direndahkan, dipertontonkan dan dipermalukan di hadapan orang banyak. Tetapi Kristus tidak pernah mengeluh.

    Dia tidak pernah mengucapkan satu keluhan kepada Bapa-Nya. Dia menderita dari seluruh jabatan-Nya. Dia adalah Raja, namun sebuah ejekan diletakkan di atas salib-Nya yang tertulis: “Inilah raja orang Yahudi.” Dia diberi jubah dan mahkota duri, dan sebuah buluh pengganti tongkat kerajaan. Mata-Nya ditutup dan kemudian ditampar, lalu kemudian seluruh prajurit mengatakan: “Hai Engkau, sekarang coba terka siapakah yang menampar Engkau? Bukankah Engkau itu nabi? Engkau bisa bernubuat, Engkau dapat mengetahui masa depan, bukankah Engkau tahu siapa yang menampar-Mu?” Dan sebagai Imam, Dia dipenjara dan digantung di atas kayu salib oleh seluruh imam. Dia menderita dalam seluruh jabatan-Nya, Raja, Imam, Nabi. Tetapi tidak pernah Dia mengatakan, “AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Seluruh penderitaan tersebut dianggap-Nya sebagai penderitaan yang kecil. Berbeda dengan kita. Begitu kita merasa sedikit sakit, kita langsung mengeluh kepada Allah. Ketika kita dihina maka kita langsung berteriak kepada Tuhan, begitu kita mengalami ketidakadilan, kita langsung menuntut keadilan. Begitu kita disalahmengerti kita ingin segera membereskannya. Begitu orang yang kita kasihi sakit, maka kita langsung cemas. Kita akan terus menuntut Tuhan. Bagi Kristus, tidak! Alkitab menyatakan, Dia tidak mengatakan apapun juga. Dia biasa menderita kesakitan, Dia memberikan tubuh-Nya untuk dipukul. Tetapi tiba-tiba di atas kayu salib Kristus berteriak, “AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

    Perhatikan penyebab teriakan ini. Bukan karena penderitaan, bukan karena kematian, tetapi karena Allah Bapa memalingkan muka-Nya dari Allah Anak. Ini adalah penderitaan yang Dia takuti ketika di Getsemani, Dia tidak takut mati, Dia tidak takut sakit, Dia tidak takut hati-Nya dihancurkan tetapi Dia takut Bapa itu meninggalkan Dia. Dia adalah Anak Tunggal Bapa yang ada di dalam pangkuan Bapa, yang begitu dekat dengan Allah Bapa. Tetapi ada satu waktu di dalam sejarah di mana kedekatan ini hancur. Bapa yang tadinya terus memandang Anak dan Anak yang terus memandang Bapa, sekarang di dalam satu waktu Allah Bapa memalingkan muka-Nya. Mengapa Allah Bapa memalingkan muka-Nya? Karena dosa. Perhatikan baik-baik, dosa kita di tanggung oleh Kristus dan pada saat itulah, Bapa di surga memalingkan muka-Nya. Ditinggalkan oleh Allah adalah penderitaan yang terbesar.

    Kristus mengajarkan kepada kita satu prinsip yang penting, apapun saja penderitaan manusia, jikalau seluruh penderitaan itu digabung, apapun itu baik fisik, mental, emosional, bahkan ketika ditinggalkan oleh orang-orang yang kita kasihi, semuanya itu digabungkan dan dibandingkan dengan Allah meninggalkan kita, itu persis seperti perbandingan satu tetes air dengan seluruh samudra yang ada. Inilah yang ditakutkan oleh Kristus. Orang itu seakan-akan berkata menjauhlah Allah karena aku tidak peduli jalan-jalan-Mu. Perhatikan ketika Yesus Kristus didatangi oleh orang-orang yang berkata, “Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu? Bukankah kami mengusir setan demi nama-Mu, bukankah kami melayani Engkau?” Yesus Kristus berkata, “menjauhlah dari pada-Ku hai sekalian pembuat kejahatan, Aku tidak mengenal engkau.” Allah yang suci tidak mungkin didekati oleh kita yang berdosa. Penderitaan manusia yang sesungguhnya adalah ketika Tuhan memalingkan muka-Nya dari kita. Pada titik itulah, yaitu ketika Allah meninggalkan seseorang, Dia membiarkan seseorang, Dia tidak menyertai orang itu lagi, maka Alkitab mengatakan, di saat itulah orang itu akan menerima dan mendapatkan seluruh keinginan hatinya. Di titik itu orang itu akan memuaskan seluruh nafsunya tanpa ada yang bisa mengendalikannya.

    Di dalam Alkitab saya sangat terkesima dengan apa yang Paulus katakan di dalam 2 bagian di surat Roma. Bagian pertama di dalam Roma 2, Paulus menyatakan Allah membiarkan orang itu, Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka. Di dalam Roma 2 dikatakan, “aku tidak lagi mau bersetubuh dengan istriku, aku tidak lagi mau bersetubuh dengan suamiku, aku mau bersetubuh dengan sesama jenisku.” Satu kalimat Allah yang begitu sangat menakutkan adalah Allah menyerahkan mereka pada keinginan hati mereka. Bagian yang kedua di dalam Roma 8 adalah sesuatu yang terbalik. Orang ini berada dalam penderitaan, penganiayaan dan pedang. Dia berada dalam pergumulan yang sangat berat tetapi Alkitab mengatakan siapakah yang bisa memisahkan kita dari Kristus? Apakah pedang? Apakah penganiayaan? Apakah itu satu kesakitan? Tidak! Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Perhatikan baik-baik, bukankah mereka adalah orang yang berada dalam satu keterbatasan? Kalau saudara dan saya masih memiliki pergumulan, bersyukurlah dan jangan marah kepada Allah di dalam pergumulanmu karena Allah sedang melindungi kita. Karena Dia menyertai kita di dalam pergumulan kita. Sebaliknya, ketika semuanya begitu lancar dan di saat manusia berpikir Allah tidak ada atau mungkin orang Kristen berpikir bahwa ini adalah berkat Tuhan, pada saat yang sama Alkitab mengatakan Allah membiarkan mereka. Pertanyaan kepada hatimu yang terdalam seluruh jemaat, apakah engkau benar-benar melihat Allah itu adalah yang paling mulia di dalam hidupmu? Apakah sumber kebahagiaan kita itu adalah benar-benar Tuhan? Yesus Kristus menyatakan, “AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Teriakan itu muncul karena Dia menderita di dalam dosa manusia, seluruh dosa manusia ditimpakan kepada Dia. Jikalau engkau terus menerus di dalam dosa, Alkitab mengatakan kita akan sulit memandang wajah Allah. Dan kalau engkau sangat menyukai hal itu, maka Alkitab menyatakan orang-orang seperti ini sangat mungkin adalah penunggu dari neraka. Engkau adalah milik neraka, jikalau engkau tidak menghargai Allah.

  2. Ini adalah jeritan ketakutan terdalam karena dimurkai Allah.
    Salib adalah lambang kutukan dan di atas salib, Kristus menerima seluruh murka Allah. Dia meminum cawan murka itu sampai tidak ada yang tersisa. Pada saat Allah meninggalkan Dia, pada saat itulah Allah murka kepada Dia, karena dosa manusia. Perhatikan baik-baik, dosa itu lebih jahat dari penderitaan. Orang Kristen biasanya takut berdosa karena kita takut akan penderitaan yang mengikuti dosa, tetapi kita tidak takut berbuat dosa. Kita harus ingat bahwa dosa lebih jahat dari penderitaan itu sendiri. Satu prinsip kejahatan dari dosa adalah dosa memisahkan Allah dari manusia, tetapi bukan saja memisahkan Allah dan manusia, tetapi membuat manusia menjadi musuh Allah. Di dalam Perjanjian Lama maka kata dosa itu adalah Hamartia yang berarti missed the target. Tetapi di dalam Perjanjian Lama ketika bicara mengenai dosa, ada satu arti lagi yang lain, yaitu tangan yang terancung ke atas, dan itu artinya adalah perlawanan. Ketika saudara berdosa, saudara bukan saja menyakiti dan menyedihkan hati Allah, tetapi ketika kita berdosa, kita mengancungkan tangan kita di hadapan Allah. Dosa adalah perlawanan terbuka kepada pribadi Allah. Dosa adalah tangan yang terancung kepada wajah Allah. Ada cerita yang menyatakan bahwa Stalin, orang komunis yang melakukan begitu banyak pembunuhan, ketika berada dalam sakit yang berat, sebelum dia mati, tidak dapat menerima penyakit yang mengerogoti tubuhnya itu. Di akhir hidupnya, dia berusaha untuk mengangkat tangannya ke atas dan kemudian mengepalkannya kepada langit, ada kemarahan yang dia tunjukkan, kemarahan kepada langit. Kemarahan kepada Tuhan yang dia tidak percayai.

    Apa pengertian dosa bagi kita? Ketika kita melihat kisah penyaliban Kristus kita menangis, kita kasihan kepada Kristus yang menderita. Tetapi Alkitab menyatakan Yesus berkata kepada wanita-wanita yang juga menangis, “Jangan engkau menangis karena Aku, tetapi tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu karena akan tiba masanya orang berkata berbahagialah perempuan yang mandul dan tidak pernah menyusui karena ada tiba masa penghukuman akan dosa.” Ketika kita melihat Kristus dipaku di atas kayu salib kiranya Roh Kudus memutar arah dari air mata kita, bukan karena Dia perlu dikasihani, tetapi karena murka Allah akan ditimpakan kepada kita.

    Apakah kita pernah bertemu dengan Allah? Alkitab mengatakan bahwa Musa orang yang tersuci sekalipun gemetar, bahkan Elia kemudian menutupi mukanya itu dengan gemetar, Yohanes yang tadinya bersandar di dekat bahu Kristus menjadi tersungkur dan mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah. Bahkan orang yang paling suci dan dikasihi oleh Allah pun gemetar ketika bertemu dengan Allah. Kenapa manusia berani berdosa? Saudara-saudara akan bertemu dengan Allah yang murka pada waktunya. Bertobatlah engkau dari dosa, saya menangisi hatimu, karena engkau akan luar biasa binasa dan ketakutan pada hari itu, betapa sering engkau mendengarkan kotbah yang terus menerus menyatakan Allah mencintai, Allah mencintai, lihatlah salib! Tanpa Kristus maka kita binasa, tanpa Kristus maka kita akan hancur. Jonathan Edward ketika bicara berkenaan dengan Kristus yang marah, maka seluruh jemaatnya menjadi sangat takut. Siapa yang tahan melihat Dia, dan siapa yang tahan melihat Dia yang marah, tanpa ada yang melindungi? Perhatikan baik-baik bagi engkau yang belum pernah mendengarkan Kristus, atau engkau yang sudah bergereja dan engkau yang bermain-main dengan dosa. Apa yang sebenarnya terjadi di atas kayu salib?

    “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Allah murka kepada Kristus. Dari kalimat itu muncullah istilah teologis ekspiasi, apakah maknanya? Ekspiasi berarti seseorang yang berusaha untuk melindungi orang lain dari pembunuhan. Saya pernah melihat kejadian sesungguhnya, seorang ayah bersama dengan anaknya yang terjebak di tengah-tengah pertempuran di mana peluru dimuntahkan dari kedua belah pihak. Apakah yang dia lakukan sebagai ayah? Anaknya yang masih kecil itu tidak mungkin bisa lari, tidak ada lagi jalan keluar lagi. Maka ayah tersebut memeluk anaknya dan tubuhnya membungkus anaknya sehingga seluruh peluru menembus tubuhnya dan akhirnya ayah itu mati tetapi anak itu selamat. Itulah salib. Dia membungkus saudara dan saya dari murka Allah yang seharusnya ditimpakan kepada kita, karena dosa yang sudah kita lakukan untuk melawan Allah. Siapa yang bisa melepaskan kita dari murka Allah kecuali Kristus? Dan kalau saudara mengerti hal ini dan kalau Roh Kudus menerangi hati kecilmu, tidakkah engkau begitu menghargai Kristus? Bukankah engkau seharusnya mengasihi Dia yang mengasihi kita? Cinta Kristus keluar dari murka yang ditimpakan kepada kita.

  3. Ini seruan ketaatan yang sempurna pada jalan yang ditetapkan Allah.
    Yesus Kristus adalah Anak Allah yang diutus ke dunia menjalankan kehendak Allah. Dan untuk menjalankan kehendak Allah maka Dia tidak mengambil hak ke-Allahan-Nya. Dia mengambil bentuk manusia yang bisa kita salah mengerti. Tetapi bukan itu saja, Dia kemudian dipaku di atas kayu salib. Yesaya 53 mengatakan ketika itu terjadi supaya kehendak Allah itu dinyatakan. Apakah itu kehendak Allah? Kehendak Allah yang paling ujung adalah termasuk Kristus itu dimurkai dan ditinggalkan oleh Allah. Tanpa salib maka tidak ada pengampunan. Tanpa salib maka tidak ada rekonsiliasi dengan Allah. Tanpa salib maka tidak ada penebusan. Tanpa salib Kristus, agama sebaik apapun saja tidak pernah menghapus dan melindungi engkau dari murka Allah. Tanpa salib tidak ada perdamaian dengan Bapa di surga dan di dalam Yesaya 53 mengatakan tanpa salib maka umur kita tidak berlanjut. Dan ketika Dia melakukan itu maka kehendak Allah terlaksana oleh-Nya. Dan Dia akan melihat keturunannya akan berlanjut umurnya. Seluruh agama mengajarkan bagaimana pengikutnya harus mati untuk pendirinya. Hanya satu agama yang menyatakan pendirinya mati bagi pengikutnya.

“AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Pada saat itu Allah tidak menjawab. Pada saat itu semua orang yang di sana tertegun. Pada saat itu Roh Kudus bekerja diam-diam, memberitakan kalimat ini, dari generasi ke generasi, dan orang yang mengerti akan menjawab, “karena aku Tuhan Yesus, karena aku berdosa”. Kiranya cinta kasih-Nya hadir dalam hidupmu, kiranya murka-Nya diteguhkan dari hidup kita, kiranya belas kasihan-Nya nyata di dalam hidup kita yang hanya satu kali. Jangan mencintai dosa lagi, jangan mempermainkan kekristenan sebagai sebuah agama saja. Bawalah dirimu kepada salib, minta pengampunan dari Kristus dan biarlah kebenaran ini menyinari hati kita dan setiap hari kita boleh hidup makin menghargai Kristus karena salib-Nya adalah alasan kita tetap hidup sekarang dan selama lamanya. Kiranya Tuhan mengasihani kita.

^